Seribu Buku, Seribu Satu Jalan Literasi

Oleh: Suria Tresna

Pagi itu, udara di Guguak Tigo Nagari, Aua Kuniang, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, terasa segar dan penuh semangat. Di halaman SDN 05 Pasaman,  ratusan anak duduk rapi dengan mata berbinar, menunggu sesuatu yang belum tentu mereka alami setiap hari. Di hadapan mereka, sembilan orang pegiat literasi berdiri dengan senyum hangat, membawa tas dan kardus berisi buku-buku.

Meski masing-masing punya kesibukan dan urusan sendiri, pagi itu mereka datang dengan satu niat yang sama: berbagi cerita, membaca nyaring, dan menyalakan api cinta membaca di hati anak-anak. Buku-buku yang mereka bawa merupakan bagian dari Program BBB (Bantuan Bacaan Bermutu), sebuah program dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang telah bergulir sejak 2024 dan sepenuhnya didanai oleh APBN. Bantuan ini disalurkan ke berbagai Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia sebagai upaya memperkuat ekosistem literasi di daerah.

Read Aloud dilakukan di dalam ruangan

Dari bantuan itu pula semangat-semangat itu tumbuh. Anggota Komunitas Read Aloud Pasbar—yang sebagian besar juga pengelola TBM—berkumpul dan bersepakat untuk menggerakkan kegiatan membaca nyaring di sekolah-sekolah. Komunitas ini tergolong masih muda, baru berdiri pada 20 September 2025, namun tekad mereka untuk menggaungkan gerakan membaca begitu kuat.

Read Aloud Pasbar lahir berkat dorongan dari Sumbar Membacakan Nyaring, sebuah gerakan provinsi yang mengajak para pegiat literasi di setiap kabupaten dan kota membentuk komunitas read aloud agar gerakan ini menjangkau lebih luas. Melalui grup WhatsApp, mereka belajar bersama, berbagi tugas, membuat logo, visi misi, serta menyusun program kegiatan. Harapannya, setiap komunitas daerah dapat tumbuh sesuai potensi dan semangat lokalnya.

“Mendirikan komunitas itu mudah, tetapi membuatnya tetap hidup dan terus bergerak, di situlah tantangannya,” tutur Kak Zu, pembina Sumbar Membacakan Nyaring. Ucapannya menjadi pengingat bahwa semangat literasi tidak cukup hanya dengan niat, tetapi juga konsistensi. Kak Zu, atau dr. Zulda Musyarifah Lubis, adalah seorang dokter yang meski sibuk, selalu menyempatkan diri memotivasi relawan di berbagai daerah. “Membacakan nyaring bukan sekadar membaca keras-keras, tapi tentang menumbuhkan kehangatan, empati, dan imajinasi di hati anak,” ujarnya dalam pertemuan perdana komunitas lewat webinar pada 24 September 2025.

Pemanfaatan 1000 Buku untuk kegiatan Read Aloud di Pasbar

Semangat itu mengalir dalam kegiatan perdana Komunitas Read Aloud Pasbar pada Sabtu, 5 Oktober 2025. Suasana sekolah berubah menjadi panggung keceriaan. Acara dimulai dengan perkenalan komunitas, disusul dongeng penuh ekspresi dari Dzah Wilda yang membuat anak-anak tertawa dan terpukau. Setelah itu, seluruh siswa dibagi menjadi enam kelompok kecil untuk mengikuti sesi membaca nyaring. Buku-buku yang dibacakan berasal dari koleksi bantuan Bacaan Bermutu—buku pilihan yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak-anak.

Kegiatan tidak berhenti di situ. Setelah sesi membaca, anak-anak diajak bermain melalui Bookish Play, yaitu permainan atau aktivitas yang terinspirasi dari isi buku yang baru saja dibacakan. Dalam bookish play, anak diajak mencipta, bermain peran, atau bercerita kembali sesuai imajinasinya. Kegiatan ini membuat pesan dalam buku lebih melekat di benak mereka. Anak-anak belajar memahami isi cerita, menumbuhkan empati terhadap tokoh, dan mengasah kreativitas dalam suasana gembira.

Read Aloud Pasbar membersamai anak-anak SDN 05 Pasaman

Di antara para relawan yang terlibat, ada Bunda Fera, guru di MTsN 3 Pasaman Barat, pegiat literasi dan pengelola TBM sekaligus Ketua Read Aloud Pasbar; Buk Aye dan Mom Titha, dua ibu rumah tangga yang aktif di TBM; Kak Ice, seorang pegawai pada pemerintahan daerah dan juga pegiat literasi serta pengelola TBM, Kak Astika, pegiat literasi yang penuh semangat; Ibu Ayu, guru di SDN 05 yang juga pegiat literasi; Dzah Wilda pendongeng dan pegiat literasi serta pengelola TBM; Buk Minah pengelola Taman Bacaan Amanah; serta Bapak Rakiman, pegiat literasi dari Pasaman Barat. Mereka hadir bukan karena diminta, tapi karena cinta terhadap literasi.

Walaupun tidak semua anggota yang ikut dalam komunitas Read Aloud Pasbar bisa datang pagi itu, namun semangat mereka ikut serta membersamai lewat dukungan-dukungan. Saat ini di komunitas RA Pasbar yang sudah beranggotakan 31 orang, merencanakan bahwa kegiatan ini akan terus berkesinambungan dan tentu akan didampingi oleh relawan yang bergiliriran juga tergantung waktu dan kesempatan masing-masing.

Kepala sekolah SDN 05 Pasaman, Rukiyah, S.Pd.SD menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam. “Anak-anak sangat antusias. Kami berharap kegiatan seperti ini bisa berkelanjutan. Anak-anak butuh pengalaman yang membuat mereka mencintai buku,” ujarnya dengan mata berbinar.

Gerakan membaca nyaring di Pasaman Barat bukan hanya tentang menyalurkan buku, tetapi menyalurkan semangat. Dari tangan-tangan pegiat literasi yang sederhana, anak-anak diajak menemukan bahwa buku bukan sekadar lembaran kertas yang membosankan, melainkan jendela menuju dunia penuh warna, kreativitas, dan imajinasi. Dari seribu buku, tumbuh seribu satu jalan harapan menuju masa depan yang lebih cerah.[]

 

Bionarasi : Suria Tresna, seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di Nagari Sejuk, Padang Tujuh. Saat ini ia mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Ruang Baca Kreatif Lestari Pasaman Barat, yang menjadi ruang belajar, membaca, dan berkreasi bagi anak-anak serta masyarakat sekitar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *