Membicarakan gerakan literasi di Sumatera Barat tak bisa dilepaskan dari peran komunitas-komunitas yang terus tumbuh dan bergerak dinamis. Dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Rumah Baca, Pojok Baca, hingga Teras Baca—semuanya hadir sebagai ruang alternatif untuk menumbuhkan budaya literasi di tengah masyarakat. Tak sedikit pula yang mengusung identitas lokal dalam penamaannya, seperti Balai Baco, Suduik Baco, dan berbagai sebutan khas lainnya yang mencerminkan kekayaan budaya Minangkabau.
Di luar itu, komunitas-komunitas sastra dan seni juga turut mengambil peran penting. Mereka hadir dengan energi kreatif yang tak pernah padam, menggagas berbagai kegiatan yang menyentuh jiwa dan membangkitkan kesadaran. Keseluruhan gerakan ini menyatu dalam semangat kolektif—bergerak seirama demi satu tujuan mulia, bergotong-royong membantu bangsa melalui jalan literasi, sastra, dan seni.
Kehadiran Forum TBM Sumatera Barat pada awal tahun 2024 membawa dampak positif yang signifikan. Kesadaran masyarakat terhadap gerakan komunitas baca di 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat tampak semakin meningkat. Buktinya, hingga Desember 2024, Forum TBM Sumatera Barat telah berhasil menghimpun lebih dari 160 Taman Bacaan Masyarakat dalam satu wadah kolektif bernama Forum TBM Sumatera Barat.

Jika kita menengok ke belakang, sekitar tiga tahun lalu, gerakan literasi melalui TBM masih bersifat lokal dan tersebar. Beberapa TBM memang dikenal secara nasional karena mampu mengakses bantuan pemerintah atau menerima apresiasi atas kiprah literasi yang mereka lakukan. Namun, kala itu gerakan literasi masih didominasi oleh segelintir nama.
Hari ini, eksklusivitas itu perlahan mengurai. Bukan karena gerakan TBM-TBM terdahulu menurun, melainkan karena semakin banyak TBM baru yang mendapat peluang yang setara—akses terhadap bantuan, pelatihan, serta penghargaan dari pemerintah. Inilah semangat zaman yang terus dibangun bersama.
Sebagai salah satu pengurus wilayah dari organisasi nasional Forum TBM, Forum TBM Sumatera Barat berkomitmen untuk terus bergerak secara inklusif. Setiap langkah dan program dirancang untuk merangkul seluruh TBM tanpa memandang latar belakang maupun capaian sebelumnya. Inklusivitas ini menjadi ruh gerakan literasi yang menjunjung kolaborasi dan kesetaraan.

Namun, lain halnya jika kita berbicara dalam konteks keorganisasian. Dalam hal ini, Forum TBM Sumatera Barat tentu bersifat eksklusif, sebagaimana layaknya sebuah organisasi yang berpegang pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sebagai kompas dalam menjalankan roda organisasi.
Sebagai contoh, dalam hal keanggotaan, tidak semua TBM secara otomatis menjadi bagian dari Forum TBM. Untuk menjadi anggota resmi, TBM harus melalui tahapan administratif, mulai dari proses pendaftaran, verifikasi, hingga penetapan sesuai dengan ketentuan organisasi. Hingga hari ini, secara nasional Forum TBM telah menghimpun sebanyak 3.538 TBM yang tercatat sebagai anggota sah.
Seperti pepatah bijak mengatakan, “Tak ada gading yang tak retak,” gerakan literasi melalui Forum TBM Sumatera Barat tentu masih menyisakan kekurangan di sana-sini. Ibarat usia manusia yang belum genap dua tahun, perjalanan ini masih dalam tahap merangkak—jatuh dan bangun adalah bagian dari proses tumbuh dan belajar.
Salam literasi!