“Perumpamaan orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedang dia melupakan dirinya sendiri seperti lentera yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” (H.R. Thabrani, hadits hasan. Menurut Nashiruddin Al-Albani, hadits ini shahih, STT, 1/128).
Hadis ini menggambarkan sosok yang menyerukan kebaikan kepada orang lain, tetapi melupakan introspeksi dan perbaikan dirinya sendiri. Pesan ini relevan untuk kita renungkan, terutama dalam konteks gerakan literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Sebagai motor penggerak literasi, pengelola dan relawan TBM telah menebar sejuta kebaikan. Mereka tak henti memberdayakan masyarakat dengan berbagai program literasi, mulai dari menumbuhkan minat baca hingga menyediakan akses buku secara gratis. Namun, di balik sejuta kebaikan ini, ada satu pertanyaan yang patut kita tanyakan, “Apakah pengelola dan relawan TBM juga meluangkan waktu untuk membaca?”
Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Faktanya, banyak pengelola dan relawan yang begitu sibuk menyerukan budaya baca kepada masyarakat hingga lupa melibatkan diri mereka dalam aktivitas membaca. Mereka menjadi seperti lentera yang menerangi, tetapi perlahan memudar karena lupa mengisi kembali bahan bakarnya.
Padahal, sebagai penggerak literasi, membaca adalah kebutuhan yang tak terpisahkan. Dengan membaca, mereka tidak hanya memperkaya wawasan pribadi, tetapi juga menjadi teladan nyata bagi masyarakat. Bagaimana mungkin menyeru orang lain untuk membaca jika diri sendiri tidak melakukannya?
Gerakan literasi akan lebih bermakna jika dimulai dari diri sendiri. Menjadi pembaca aktif bukan hanya soal membangun kebiasaan pribadi, tetapi juga soal menunjukkan bahwa membaca adalah jalan hidup yang dapat mengubah peradaban. Mari bersama-sama menjadi lentera yang tidak hanya menerangi, tetapi juga tetap bersinar dengan perbaikan diri.
Ditulis oleh : Hasan Achari Hrp (Ketua Forum TBM Sumbar)
InsyaAllah Sabu Sari alias Satu Buku Satu Hari, semoga istiqamah mendampingi anak